eXtremePower Riders: Fatsal 21 Time To Pay Back: Ksatria Kemal VS Tiga Serangkai

Judul cerita:     eXtremePower Riders (XPR)
Jenis:               Fiksi                               
Tema:              Petualangan                   
Penulis:            D.A. Satriadi                                   
Email:              iei.forveryone@gmail.com
Seluler:            08.212.494.7925 / 083872689719
Blogspot:         http://extremepowerriders.blogspot.com
Tanggal:           Depok, 07 April 2011


dediagussatriadi and Sisa Semangat Production gratefully presents

eXtremePower Riders



Fatsal 21 Time To Pay Back: Ksatria Kemal Versus Tiga Serangkai

Begitupun Ksatria Kemal yang kini sedang menghadapi tiga orang yang menjadi andalan utama sang raja, staminanya benar-benar telah kembali berada di puncak, setelah ambrol terkena kehebatan jurus Pukulan Kilat Seribu Jenso. Mereka bahkan oleh penciptanya sering disebut-sebut dan diproklamirkan sebagai sebuah ciptaan mahakarya terbesarnya di abad alam raya ini, Tiga Serangkai. Harus diakui memang kehebatan mereka saat Sang Ksatria ikut bertarung tadi bersama ketiga mitranya. Tapi, kali ini ia harus menghadapinya sendiri. Meskipun begitu, ia tak pernah gentar mendengar kesohoran namanya dan kehebatan ketiga orang ini. Tiga serangkai selalu kompak melancarkan pukulan dan tendangan serempak, namun ia masih mampu mengatasinya dengan baik. 
Hingga detik ini mereka belum menggunakan jurus pukulan tersebut. Mereka terlihat asyik memainkan tendangan-tendangan maut yang berakibat fatal bila terkena sodokan kaki mereka bersamaan. Tendangan demi tendangan belum ada yang membuahkan hasil dalam merobohkan sang ksatria, tapi sebaliknya sang ksatria dalam posisinya bersama mereka berada di udara berhasil mendaratkan sebuah tendangan beruntun satu-satu ke ketiga orang itu.
Brugghh! Brugghh! Brugghh!” Bunyi tiga tendangan beruntun menghenyakkan ketiganya dan ambruk mencium rerumputan.
Sang ksatria kini telah mendarat di atas rerumputan lagi. 
Mereka langsung bangkit dari rerumputan secepat kilat sambil sedikit terhuyung dan menahan pedih di dada mereka akibat tendangan tadi. Setelah saling berpandangan satu sama lain, mereka membentuk sebuah formasi segitiga: dua berada di depan dan satu di belakang. Masing-masing memposisikan tangan kanan ditekuk membentuk sudut empat puluh lima derajat di depan wajah dengan jemari terkepal ke atas, sementara tangan kiri diposisikan di bawah pusat dengan jemari membentuk sodokan pedang dengan telapak tangan berada di atasnya. Kaki mereka memasang kuda-kuda yang sangat lentur dan kokoh. Inilah yang disebut formasi jurus Pukulan Kilat Seribu Jenso. Sambil berteriak dan lari melompat, mereka hendak menerjang sang ksatria. 
Heyyaaa!!!
Sang ksatria menyadari akan datangnya serangan andalan itu tidak membuang waktu, langsung membuat pertahanan dengan menyilangkan kedua tangan setinggi dada dengan menempatkan tangan kanan di depan. Pun melompat dan menerjang ke arah datangnya ketiga serangan itu. Ia berlari cepat hingga ke udara, lebih tinggi, lebih tinggi lagi, dan lebih tinggi lagi hingga berada di atas mereka setengah nehong. Peluang ini ia tidak lepaskan untuk melakukan tendangan beruntun satu-satu ke ketiga orang itu. Diarahkannya dengan tepat pisau belati dan gerigi tajam sisi sepatu bajanya, sehingga….
Gdebugk!” Bunyi jatuh ketiga lawannya terjungkal.
Dan sang ksatria mendarat di belakang mereka yang tengah terjerembab. Ia secepat kilat membalikkan tubuhnya untuk mengantisipasi dan melanjutkan serangan berikutnya.
Ketiga orang itu melenting bangkit kembali dengan leher dan dada masing-masing terkoyak dan tersayat hebat sambil mengucurkan darah segar. Kini mereka cepat berbalik seolah-olah tidak merasakan sakit sedikitpun akibat serangannya barusan, dan malah langsung membuat formasi baru dengan berangkulan tangan, melingkar dan berputar cepat seperti gasing. Ia tak sempat melihat kelebat serangan yang baru saja dilakukan ke arahnya begitu keras menghantam dan menghujam ke dadanya. Ia jatuh terlentang dengan dada terasa tertindih gundukan bebatuan dan cadas yang padat dan panas. Sangat sesak rasanya.
Mereka tidak memberi peluang sang ksatria untuk berdiri. Tanpa melepaskan rangkulan tangan, mereka kembali melingkar dan berputar cepat seperti gasing, kali ini tidak hanya menghujamkan, tapi juga menumbukkan, melesakkan dan membenturkan tendangan super cepat dan keras ke muka, dada dan perut. Sekali lagi menderu ke atas dan menghujamkan, menumbukkan, melesakkan dan membenturkan tendangan super cepat dan keras ke ketiga bagian tubuh sang ksatria. Sehingga tubuhnya semakin terbenam melewati rerumputan dan menerobos masuk ke dalam tanah. Mereka seolah ingin mengubur lebih dalam. Mereka merasa belum puas dengan kedalaman itu, dengan melakukan jurus yang sama, jurus Tendangan Gasing Berputar yang sangat dahsyat hasilnya, naik kembali ke atas. Namun lonjakan mereka agak sedikit ke atas sekitar lima nehong lebih tinggi dari lompatan sebelumnya.
Sementara sang ksatria telah benar-benar amblas tak bergerak tubuhnya tak bergerak beberapa saat. Dadanya semakin sesak dan terasa padat dan panas bernafas. Kedua tangan dan kakinya hanya terjuntai lemas ke atas, kecuali kepala hingga pergelangan kaki yang masuk ke dalam tanah menembus rerumputan. Pandangan matanya mulai mengabur tak jelas, namun ia masih melihat kelebatan cahaya secara samar-samar, dan tersentak dalam hatinya dengan tendangan dahsyat yang seakan-akan kehebatannya melebihi jurus Pukulan Kilat Seribu Jenso. Dikumpulkannya seluruh tenaga yang tersisa dari kedua tangan hingga kedua kakinya. Ia tak ingin berakhir konyol seperti ini, apalagi mengharapkan bantuan terhadap dirinya. Ia berpikir ia harus cepat bangkit sekarang, sebab ia tak ingin mati sekarang saat ini. Semangat itu membuatnya segera melentingkan tubuhnya dengan dibantu hentakan kedua kakinya dari atas ke bawah, tubuh dan kedua tangannya mulai melenting dan melompat ke depan. Saat itu pula tepat dengan kelebatan jurus tendangan tersebut. Waktunya hanya berbeda sekitar satu detik saja.
Jurus tendangan itu mengenai lubang kosong, karena di luar dugaan mereka lawannya telah melenting telebih dahulu lebih cepat sedikit dari mereka. Sehingga mereka tidak sempat berbalik atau membelokkan arah serangan, karena sangat cepat dan dahsyat deru putarannya. Bahkan jika tidak terlambat, itulah akhir perjalanan Ksatria Kemal di lubang ini dengan jurus Tendangan Gasing Berputar, mati.
Namun, ia telah siap menghadapi mereka, meskipun deraan rasa sakit yang begitu hebat di sekujur tubuhnya. Tiga Serangkaipun tidak dalam kondisi tubuh yang lebih baik dengan nyonyor yang tak alang kepalang di badan mereka. Meskipun begitu, mereka sudah punya peluang bagus dan tahu apa yang mereka lakukan untuk menghabisinya saat ini juga. Dengan jurus andalan lain ini pasti lawannya tak akan mudah menangkis yang akan dilancarkannya secara bertubi-tubi sebentar lagi. 
Dengan kondisi yang sudah sama-sama payah, Tiga Serangkai menggunakan sebuah jurus baru yang tidak kalah mumpuni untuk menumbangkan lawan hebatnya ini. Setelah berpandangan sebentar, mereka langsung memformulasikan dengan cepat jurus Seribu Pukulan Seribu Tendangan Kiciran Maut. Dua orang melompat ke depan berjajar dan disusul seorang melompat ke atas bahu dengan sigapnya berdiri dengan tangan kanan mereka mengepal keras di depan wajah mereka dan tangan kiri menghunus senjata rahasia yang diambil dari balik baju mereka diposisikan di depan dada. Sementara kaki kanan maju sedikit ditekuk ke depan dan kaki kiri merendah ke belakang. 
“Sekarang, terimalah kematianmu, hey manusia kaleng,” serunya sambil mengejek, lalu berteriak keras. “Seribu Pukulan Seribu Tendangan Kiciran Mauuuuut!!!” 
Sambil meneriakkan jurus itu, mereka mengejar sang ksatria sambil melompat ke arahnya.
Ksatria Kemal mengetahui dan menyadari gelagat ancaman ini lebih dahsyat dari sebelumnya, dan ia tak ingin menjadi korban jurus maut. Iapun tak mau kalah cepat gerakannya kali ini. Lalu ia meneriakkan kata-kata panggilan senjatanya.
“Dengan memuji Nama dan KekuatanMu, datanglah senjataku!” 
Dengan cepat ia menangkap senjata mirip Keris, melompat dan menerjang ke arah Tiga Serangkai. Kekuatannya kini bertambah besar, desiran darahnya menggelegak hebat, matanya mulai mengeluarkan cahaya kuning menyala dan menyilaukan, dan senjatanya berpendar berkilaukan menambah pedih di mata siapun yang melihatnya. 
Mereka sama-sama menerjang tidak mau kalah kecepatan dan kekuatan masing-masing. Tiga Serangkai yang ada di bawah siap menghujamkan pukulan maut dan tusukan senjata, sementara yang di atas tengah bersiaga untuk melakukan tendangan dahsyat disertai tusukaan senjatanya pula. Karena pendaran cahaya senjata mirip keris itu sangat kuat pandangan mereka agak mengabur dan kedua pukulan mereka meleset ke samping kiri. Berikutnya dua tusukan senjata mematikan berhasil ditepis ke kanan dengan keras. Satu tendangan keras beruntun sang ksatria tak terelakkan dan membuat mereka terhenyak merunduk. Lalu Tiga Serangkai yang di atas menendang keras ke arah wajah sang ksatria, tapi dapat ditangkis dengan keris yang terhunus, sehingga putuslah kaki kanannya dan terjatuh duduk di kedua bahu temannya sambil menyorongkan senjata ke arah pipi kanan sang ksatria dengan cepat. Tusukan senjata teman Tiga Serangkai ini masih cukup mudah ditepis dengan kaki kanan ksatria sebelum menusuk pipinya. Dalam posisi ini kerisnya sangat bebas menusuk ke jantung salah satu serangkai yang telah putus kakinya, lalu tersungkur ke depan tubuh sang ksatria sambil membungkuk, mati.
Kedua Tiga Serangkai yang terhuyung menangkap tubuh temannya yang tewas berlumuran darah didorong ke arah mereka oleh sang ksatria. Mereka sudah sangat murka, lalu dengan menghempaskan tubuh temannya begitu saja, melompat bangkit menerjang ke arah sang ksatria dengan masing-masing pukulan seribunya yang masih menghantarkan hawa panas sangat kuat terasa pada tubuh sang ksatria.
Mengetahui kedua kaki mereka telah lemah dan luka serius akibat tendangan kerasnya dan di tangannya tak bersenjata lagi, sang ksatriapun menyambut pukulan seribu dengan merunduk dan meregangkan kaki untuk menghalau kedua kaki mereka. Pukulannya terasa hanya melesat di atas tubuhnya, dan gerakan kakinya kini telah ditahan dengan tendangannya. Sekarang tinggal kedua tubuh mereka yang menyangkut di udara, sang ksatria tidak ingin melewatkan momen yang tepat ini, ia menghujamkan satu tusukan keris dengan cepat ke dada lawannya dan mendorong ke belakang dengan tangan kirinya sehigga ambruk di atas mayat temannya di belakang. Satu tusukan lain telah bersarang di dada musuh yang terakhir. Dengan tangan kirinya, satu dorongan dihempaskan ke tubuh lawannya yang terakhir, bertumpuklah ia di atas mayat teman-temannya, mati. 
Ksatria Kemal berdiri tegak memperhatikan mayat Tiga Serangkai untuk memastikan terakhir kalinya bahwa mereka sudah tak bernyawa lagi, lalu iapun menengadah ke angkasa, mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menyapu kedua wajahnya, karena berkat bantuanNya, Tiga Serangkai yang telah banyak melakukan kezaliman dan kebuasan, kini mereka telah binasa. 
 
            Ia melihat ketiga rekannyapun telah berhasil merobohkan lawan-lawan mereka. Ksatria Satria berhasil membunuh Jenderal Tansulbahsa yang bengis dan kejam itu, dan Ksatria Nandya telah mengalahkan Letnan Drago, Letnan Bondi, dan Letnan Droka. Ksatria Aga telah menyadarkan Raja Ansiabia Kejnat, manusia terkejam di alam ini. Ia bergegas menuju ke arah Ksatria Nandya untuk bergabung dengan kedua rekannya itu.
Bersambung......

Tentang Penulis

Banyak selebaran, flash card, ringkasan, buku kecil maupun buku-buku lainnya yang memuat tatabahasa Bahasa Inggris yang menjelaskan tenses sebatas pada uraian singkat, bahkan mungkin tanpa penjelasan apalagi fungsi-fungsi, contoh-contoh dan evaluasinya. Oleh karena itu, tak pelak lagi tulisan Living English Tenses ini merupakan salah satu sumber referensi lengkap bagi mereka yang ingin menguasai dan memperdalam keenam belas tenses Bahasa Inggris. Pada blog ini, sebuah novel petualangan seorang anak kecil yang menjelajah ke suatu alam mayapada dan menjalankan serta menuntaskan misinya. ia dibantu ketiga mitranya. Bagaimana sepak terjangnya bersama ketiga mitra itu? Anda bisa baca pada setiap Fatsal di sini. Semua itu terangkum di dalam novel eXtremePower Riders (XPR). Penulis yang berlatar belakang dari SMA Negeri 1 Depok (1988) Jurusan Bahasa dan Budaya (A4) dan IKIP Bandung (sekarang UPI Bandung) Jurusan Bahasa Inggris (1991) menuangkan materi-materinya berdasarkan pengalaman-pengalaman menelaah dan belajar-mengajar sebagai praktisi Bahasa Inggris di beberapa sekolah baik SLTP, SLTA atau perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga informal kebahasaan.

Sementara pengalaman yang pernah dipetiknya sewaktu di Lembaga Pendidikan Yayasan “Setia Negara” yaitu Lokakarya Pemantapan Kurikulum 1994 Sekolah Menengah Kejuruan (14-15 Januari 1995), Pusdiklat LPIA, Zero Defect Quality (9-12 Juni 2003) merupakan hal yang sangat membantu alur penulisan naskah yang mudah dipahami bagi pembacanya. Contoh-contoh kalimat yang diberikan juga cukup praktis yang merupakan petikan pengalaman karya komunikatif semasa masih sebagai Visa Section Staff, Embassy of Japan at Jakarta (1994-1995), Personnel & General Affairs Staff, Nissho Iwai Corporation in Jakarta Office (1995-2000), SMK Izzata, Wakasek Kesiswaan & Kurikulum, School Administration and Management, (2004-2007), dan Student Apprentice Coordinator,  Practical English Course, English Instructor and Branch Manager / Vice Head of Depok Division (2005-2006).

 

Saat ini penulis aktif sebagai pimpinan manajemen di lembaga International English Instittute (IEI) for everyone beserta rekan-rekannya yang menangani pendidikan dan pelatihan Bahasa Inggris secara komunikatif bagi para pesertanya, di samping juga melayani permintaan penerjemahan teks atau buku berbahasa Inggris dari kliennya dan mengajar di salah satu SMU suasta di Jakarta.


0 komentar:

Post a Comment

Video Gallery